APLIKASI LABORATORIUM
• Klinikal dan laboratorium diagnosis, sangat dinamis dan proses interaksi.
• Banyak kasus yang berhubungan dengan pasien di laboratorium.
• Dalam hal ini gejala-gejala khas, merupakan awal pada pemeriksaan yang tepat sehingga nantinya diagnosis laboratorium diperlukan.
• Bahan-bahan yang dikirim ke laboratorium berupa sampel klinik seperti darah, urine dan cairan tubuh lainnya, dikumpulkan untuk di analisis, dikirim ke tempat berbeda dalam laboratorium sesuai bidang, yaitu mikrobiologi, kimia klinik, hematologi dan imunohematologi.
• Clinical Laboratory Scientist (CLS) merupakan sebutan analis laboratorium di Amerika.
• Fungsi utama : melakukan prosedur pemeriksaan laboratorium berupa spesimen darah dan cairan tubuh lainnya.
• Beberapa pertimbangan dalam pemeriksaan laboratorium :
Membantu dalam penegakkan diagnosis
Manajemen penyakit dari pasien
Health assessment Individu (Medical Check up)
• Clinical Pathologist = Consultant, ahli Patologi, berfungsi menilai hasil pemeriksaan laboratorium abnormal (korelasinya) dan rekomendasi pemeriksaan laboratorium selanjutnya (korelasi diagnosis laboratorium)
• Hasil tes laboratorium di evaluasi (individu)……reveal lab errors. Cost-effective tests from increasingly complex test choices.
• Tugas utama CLS melakukan prosedur pemeriksaan laboratorium, sedangkan Patologi Klinik Konsultan klinis.
• Pemeriksaan laboratorium harus mengacu pada Good Laboratory Practise.
• Prinsip Dasar :
Konsultasikan dengan dokter PK dalam hal pemeriksaan laboratorium dan hasil laboratorium.
Jangan pernah membuat diagnosis dengan single test. Misal hanya dengan hasil AST yang tinggi bahwa pasien dikatakan mengalami hepatitis. Tetapi proses menyimpulkan diagnosis penyakit harus dengan beberapa tes lain yang membantu dalam kejelasan penyakit satu sama lain. Misal AST dan ALT meningkat, ALP meningkat, Bilirubin meningkat dan HbsAg (+), berarti disimpulkan pasien terkena hepatitis B.
Osler’s rule : khusus untuk pasien < 60 tahun (muda), jangan pernah berpikir hasil akan abnormal, sebaiknya periksa dulu apakah kelainannya, biasanya hanya 1 kelainan (single cause)
Beda dengan orang yang tua, dimana penurunan fungsi organ-organ memungkinkan kelainan hasil pemeriksaan laboratorium lebih banyak.
KEY POINTS
Reference Interval distinguish normal from abnormal patient population. False (+) dan false (-) results occur when there is overlap between these population.
Nilai normal tidak relevan lagi digunakan dalam laboratorium, tetapi saat ini yang digunakan adalah nilai rujukan.
Nilai rujukan digunakan berdasarkan kondisi tempat tertentu. Misal seorang yang tinggal dipegunungan kadar Hb lebih tinggi dibandingkan dengan pesisir laut, bila kadar Hb 17 mg/dl maka normal bagi dipegunungan, tetapi bagi pesisir laut dikatakan tinggi atau polisetaemia.
Nilai rujukan sebagai pedoman umum.
Membedakan antara normal dan tidak normal pada populasi.
Negatif palsu dan positif palsu akan tumpang tindih.
Kemampuan suatu test, membedakan dari yang sehat, sensitifitas dan spesifisitas.
Sensitifitas adalah kemampuan suatu test positif pada orang-orang yang benar sakit, oleh karena itu apabila memiliki sensitifitas tinggi maka dapat menyebabkan positif palsu. Uji sensitifitas yang baik perlu di uji pada orang-orang yang sakit dengan menggunakan atau berdasarkan gold standar.
Spesifisitas adalah kemampuan suatu tes terhadap suatu kelompok populasi sehat dengan hasil negatif (-). Artinya spesifisitas makin tinggi, maka kemungkinan dapat terjadi negatif palsu.
Untuk test konfirmasi diperlukan test yang spesifik, uji diagnostik didesain untuk mendapatkan hasil spesifisitas dan sensitifitas, hal ini didapat dengan menggeser cut off (batas standar) dari gold standar.
Sensitifitas dinaikkan dan cut off diturunkan, maka dapat menjaring yan positif dari yang normal (negatif).
Sebelum test maka dilakukan dahulu penyuluhan dan informasi bahwa pemeriksaan ini untuk tujuan tertentu yang spesifik pada populasi tertentu sehingga dapat memisahkan yang bukan populasi, hal ini karena pemeriksaan ini sangat sensitif.
Receiver Operating Characteristic (ROC).
Suatu grafik yang menggambarkan false positif dan true positif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui test yang terbaik :
Yang terbaik mendekati sudut kiri atas
Suatu lengkungan
Buat titik diagonal.
Hubungan ROC dgn Likelihood Ratio. Bahwa semakin besar maka semakin besar ia sakit.
Nilai prediksi (+) adalah kemungkinan sakit atau tidak sakit berdasarkan hasil positif dan negatif. Nilai prediksi (+) meningkat apabila dalam masyarakat banyak.
Epidance Base Medicine (EBM)
Berdasarkan objektif bahwa semua alat memenuhi kriteria yang baru teruji dan terbukti ampuh, baik dan mengikuti perkembangan baru. Misalnya Hb sahli dahulu merupakan alat yang baik untuk mengukur Hb, namun saat ini tidak mungkin lagi digunakan terutama oleh rumah sakit.
Test lab : mendeteksi, monitoring, skrining.
Faktor resiko : sebagai normal dan abnormal. Penilaian dari pra analitik hingga pasca analitik berupa interpretasi hasil.
Test lab banyak kesalahan pada pra analitik
Pasca analitik : hasil pengukuran, penulisan nama, pengiriman hasil (kesalahan pasca analitik)
Reference Interval : dibuat berdasarkan > 95% yang mengalami sakit dari populasi normal.
Didalam beberapa test mungkin terdapat Only one the reference interval. Misal : AST nilai rujukan <26 U/l
Sedangkan ada juga two cut offs reference interval. Nilai rujukan terdapat 2 yaitu nilai bawah dan nilai atas. Misal : glukosa nilai rujukan 80-100 mg/dl. (terbaru)
Variabel Random. Memiliki 2 buah yaitu faktor analitik dan faktor biologis.
Faktor analitik adalah suatu tes diukur dengan alat A bila diukur dengan alat lain akan berbeda hasil walaupun dengan spesimen yang sama.
Faktor biologis adalah apabila suatu pengukuran dilakukan dengan orang yang berbeda namun menggunakan alat yang sama, maka mungkin akan terdapat perbedaan.
Random Variability merupakan perbedaan hasil pemeriksaan dimana ada toleransi 20%, 10%, 5%. Contoh :
Misal pemeriksaan trigliserida kadarnya 200 mg/dl dilab A.
Di lab lain di periksa kembali, kemudian hasil yang berbeda dengan kadar 197 mg/dl.
Hasil berbeda dengan lab satu dengan lainnya.
Pada bahan yang sama untuk parameter trigliserida toleransi misal 20%, berarti 1/5 bagian kekurangan atau kelebihan. Berarti rentang 196-204 mg/dl.
Terdapat perbedaan hasil pengukuran, maka hal ini terjadi karena Random Variability (perbedaan random).
Impresisi : ketidaktepatan hasil pengukuran dalam satu seri pengukuran. Hal ini tidak dapat dihindari karena pengukuran satu dengan lainnya tidak mesti sama hasilnya, tetapi akan bervariasi. Namun begitu variasinya tidak bleh terlalu jauh.
Variasi Biologis : variasi antar individu terjadi, karena tiap orang mempunyai nilai normal berbeda.
Interpretasi sangat unik untuk tiap orang
Beban biologis misal stress, waktu, perbedaan lainnya.
CV (Coefisien of Variation). Kita bandingkan antar individu satu dengan lainnya.
Low Index : CV antar lab dan CV intra lab
CV antar adalah digunakan antar satu bahan dengan bahan lain yang diperiksa.
CV intra adalah satu sampel yang diukur berulang-ulang untuk pemeriksaan.
Perbedaan untuk 2 pengukuran harus lebih besar dari variasi yang diharapkan ada kesalahan.
CV yang dianjurkan IMCC
Misal bilirubin 0,8 mg/dl diukur pertama. Diukur kedua menjadi 3,0 mg/dl (pengulangan kedua).
Mana yang harus dikeluarkan hasil pengukuran?
Dapat pula dilakukan pengukuran ketiga.
Bila masuk CV IMCC, tidak jauh sesuai rekomendasi IMCC maka hasil yang sama 2 buah dapat dikeluarkan hasilnya.
• Banyak kasus yang berhubungan dengan pasien di laboratorium.
• Dalam hal ini gejala-gejala khas, merupakan awal pada pemeriksaan yang tepat sehingga nantinya diagnosis laboratorium diperlukan.
• Bahan-bahan yang dikirim ke laboratorium berupa sampel klinik seperti darah, urine dan cairan tubuh lainnya, dikumpulkan untuk di analisis, dikirim ke tempat berbeda dalam laboratorium sesuai bidang, yaitu mikrobiologi, kimia klinik, hematologi dan imunohematologi.
• Clinical Laboratory Scientist (CLS) merupakan sebutan analis laboratorium di Amerika.
• Fungsi utama : melakukan prosedur pemeriksaan laboratorium berupa spesimen darah dan cairan tubuh lainnya.
• Beberapa pertimbangan dalam pemeriksaan laboratorium :
Membantu dalam penegakkan diagnosis
Manajemen penyakit dari pasien
Health assessment Individu (Medical Check up)
• Clinical Pathologist = Consultant, ahli Patologi, berfungsi menilai hasil pemeriksaan laboratorium abnormal (korelasinya) dan rekomendasi pemeriksaan laboratorium selanjutnya (korelasi diagnosis laboratorium)
• Hasil tes laboratorium di evaluasi (individu)……reveal lab errors. Cost-effective tests from increasingly complex test choices.
• Tugas utama CLS melakukan prosedur pemeriksaan laboratorium, sedangkan Patologi Klinik Konsultan klinis.
• Pemeriksaan laboratorium harus mengacu pada Good Laboratory Practise.
• Prinsip Dasar :
Konsultasikan dengan dokter PK dalam hal pemeriksaan laboratorium dan hasil laboratorium.
Jangan pernah membuat diagnosis dengan single test. Misal hanya dengan hasil AST yang tinggi bahwa pasien dikatakan mengalami hepatitis. Tetapi proses menyimpulkan diagnosis penyakit harus dengan beberapa tes lain yang membantu dalam kejelasan penyakit satu sama lain. Misal AST dan ALT meningkat, ALP meningkat, Bilirubin meningkat dan HbsAg (+), berarti disimpulkan pasien terkena hepatitis B.
Osler’s rule : khusus untuk pasien < 60 tahun (muda), jangan pernah berpikir hasil akan abnormal, sebaiknya periksa dulu apakah kelainannya, biasanya hanya 1 kelainan (single cause)
Beda dengan orang yang tua, dimana penurunan fungsi organ-organ memungkinkan kelainan hasil pemeriksaan laboratorium lebih banyak.
KEY POINTS
Reference Interval distinguish normal from abnormal patient population. False (+) dan false (-) results occur when there is overlap between these population.
Nilai normal tidak relevan lagi digunakan dalam laboratorium, tetapi saat ini yang digunakan adalah nilai rujukan.
Nilai rujukan digunakan berdasarkan kondisi tempat tertentu. Misal seorang yang tinggal dipegunungan kadar Hb lebih tinggi dibandingkan dengan pesisir laut, bila kadar Hb 17 mg/dl maka normal bagi dipegunungan, tetapi bagi pesisir laut dikatakan tinggi atau polisetaemia.
Nilai rujukan sebagai pedoman umum.
Membedakan antara normal dan tidak normal pada populasi.
Negatif palsu dan positif palsu akan tumpang tindih.
Kemampuan suatu test, membedakan dari yang sehat, sensitifitas dan spesifisitas.
Sensitifitas adalah kemampuan suatu test positif pada orang-orang yang benar sakit, oleh karena itu apabila memiliki sensitifitas tinggi maka dapat menyebabkan positif palsu. Uji sensitifitas yang baik perlu di uji pada orang-orang yang sakit dengan menggunakan atau berdasarkan gold standar.
Spesifisitas adalah kemampuan suatu tes terhadap suatu kelompok populasi sehat dengan hasil negatif (-). Artinya spesifisitas makin tinggi, maka kemungkinan dapat terjadi negatif palsu.
Untuk test konfirmasi diperlukan test yang spesifik, uji diagnostik didesain untuk mendapatkan hasil spesifisitas dan sensitifitas, hal ini didapat dengan menggeser cut off (batas standar) dari gold standar.
Sensitifitas dinaikkan dan cut off diturunkan, maka dapat menjaring yan positif dari yang normal (negatif).
Sebelum test maka dilakukan dahulu penyuluhan dan informasi bahwa pemeriksaan ini untuk tujuan tertentu yang spesifik pada populasi tertentu sehingga dapat memisahkan yang bukan populasi, hal ini karena pemeriksaan ini sangat sensitif.
Receiver Operating Characteristic (ROC).
Suatu grafik yang menggambarkan false positif dan true positif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui test yang terbaik :
Yang terbaik mendekati sudut kiri atas
Suatu lengkungan
Buat titik diagonal.
Hubungan ROC dgn Likelihood Ratio. Bahwa semakin besar maka semakin besar ia sakit.
Nilai prediksi (+) adalah kemungkinan sakit atau tidak sakit berdasarkan hasil positif dan negatif. Nilai prediksi (+) meningkat apabila dalam masyarakat banyak.
Epidance Base Medicine (EBM)
Berdasarkan objektif bahwa semua alat memenuhi kriteria yang baru teruji dan terbukti ampuh, baik dan mengikuti perkembangan baru. Misalnya Hb sahli dahulu merupakan alat yang baik untuk mengukur Hb, namun saat ini tidak mungkin lagi digunakan terutama oleh rumah sakit.
Test lab : mendeteksi, monitoring, skrining.
Faktor resiko : sebagai normal dan abnormal. Penilaian dari pra analitik hingga pasca analitik berupa interpretasi hasil.
Test lab banyak kesalahan pada pra analitik
Pasca analitik : hasil pengukuran, penulisan nama, pengiriman hasil (kesalahan pasca analitik)
Reference Interval : dibuat berdasarkan > 95% yang mengalami sakit dari populasi normal.
Didalam beberapa test mungkin terdapat Only one the reference interval. Misal : AST nilai rujukan <26 U/l
Sedangkan ada juga two cut offs reference interval. Nilai rujukan terdapat 2 yaitu nilai bawah dan nilai atas. Misal : glukosa nilai rujukan 80-100 mg/dl. (terbaru)
Variabel Random. Memiliki 2 buah yaitu faktor analitik dan faktor biologis.
Faktor analitik adalah suatu tes diukur dengan alat A bila diukur dengan alat lain akan berbeda hasil walaupun dengan spesimen yang sama.
Faktor biologis adalah apabila suatu pengukuran dilakukan dengan orang yang berbeda namun menggunakan alat yang sama, maka mungkin akan terdapat perbedaan.
Random Variability merupakan perbedaan hasil pemeriksaan dimana ada toleransi 20%, 10%, 5%. Contoh :
Misal pemeriksaan trigliserida kadarnya 200 mg/dl dilab A.
Di lab lain di periksa kembali, kemudian hasil yang berbeda dengan kadar 197 mg/dl.
Hasil berbeda dengan lab satu dengan lainnya.
Pada bahan yang sama untuk parameter trigliserida toleransi misal 20%, berarti 1/5 bagian kekurangan atau kelebihan. Berarti rentang 196-204 mg/dl.
Terdapat perbedaan hasil pengukuran, maka hal ini terjadi karena Random Variability (perbedaan random).
Impresisi : ketidaktepatan hasil pengukuran dalam satu seri pengukuran. Hal ini tidak dapat dihindari karena pengukuran satu dengan lainnya tidak mesti sama hasilnya, tetapi akan bervariasi. Namun begitu variasinya tidak bleh terlalu jauh.
Variasi Biologis : variasi antar individu terjadi, karena tiap orang mempunyai nilai normal berbeda.
Interpretasi sangat unik untuk tiap orang
Beban biologis misal stress, waktu, perbedaan lainnya.
CV (Coefisien of Variation). Kita bandingkan antar individu satu dengan lainnya.
Low Index : CV antar lab dan CV intra lab
CV antar adalah digunakan antar satu bahan dengan bahan lain yang diperiksa.
CV intra adalah satu sampel yang diukur berulang-ulang untuk pemeriksaan.
Perbedaan untuk 2 pengukuran harus lebih besar dari variasi yang diharapkan ada kesalahan.
CV yang dianjurkan IMCC
Misal bilirubin 0,8 mg/dl diukur pertama. Diukur kedua menjadi 3,0 mg/dl (pengulangan kedua).
Mana yang harus dikeluarkan hasil pengukuran?
Dapat pula dilakukan pengukuran ketiga.
Bila masuk CV IMCC, tidak jauh sesuai rekomendasi IMCC maka hasil yang sama 2 buah dapat dikeluarkan hasilnya.
Komentar